top of page
Gambar penulisElisa Priska

Deindustrialisasi di Indonesia: Fakta atau Tudingan?

Diperbarui: 13 Sep 2023


Deindustrialisasi di Indonesia: Fakta atau Tudingan?
Gambar 1. Deindustrialisasi di Indonesia: Fakta atau Tudingan?

Apakah tudingan deindustrialisasi di Indonesia hanya fenomena sementara atau perubahan jangka panjang?


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas menyatakan bahwa Indonesia mengalami gejala deindustrialisasi dini atau adanya penurunan berkelanjutan pada daya saing manufaktur. Penjelasan ini di dukung oleh argumen dari Amalia Adininggar yang merupakan Deputi Bappenas Bidang Ekonomi yang menyatakan bahwa, "Saat ini, kita mengalami deindustrialisasi dini karena share manufaktur indonesia yang dulu sempat menyentuh angka 32% sekarang hanya 18,3%. Pengalaman negara lain yang bisa naik kelas dari middle menjadi high income economy adalah industrialisasi yang sangat kuat dan sangat kokoh." Selanjutnya, Amalia Adininggar menjelaskan bahwa "Indonesia sebenarnya sudah keluar dari lower middle income, tapi dalam 20 tahun ke depan, kita harus menaikkan status Indonesia."


Tudingan adanya deindustrialisasi dini di Indonesia ditangkis oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita yang menyatakan bahwa selama triwulan I tahun 2023, sektor manufaktur menjadi kontributor utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dengan angka 5,03%. Dengan sumbangsih sebesar 16,177% mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan keempat tahun 2022 yang sebesar 16,9%.


Fun Fact

Indeks Manajer Pembelian atau Purchasing Margers Index (PMI) manufaktur Indonesia naik dari 52,5 pada bulan Juni 2023 menjadi 53,3 pada bulan Juli 2023.

Sumber: S&P Global


Berdasarkan data dari Kemenperin, PMI Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara yaitu

  • Indonesia (53,3)

  • Malaysia (47,8)

  • Vietnam (48,7)

  • Filipina (51,9)

  • Taiwan (44,1)

  • China (49,2)

  • Jepang (49,6)

  • Korea Selatan (49,4)

  • Amerika Serikat (49,0)

  • Jerman (38,8)

Fun Fact

Pada bulan Juli 2023, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) berada di angka 53,31%

Sumber: kemenperin.go.id


Dengan data tersebut, Agus Gumiwang menyatakan bahwa, hasil dari PMI dan IKI di Indonesia berada di posisi ekspansi. Dalam konteks ini, Prof. Rina Indiastuti, seorang ahli ekonomi dan Rektor Universitas Padjadjaran menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia saat ini tidak hanya menunjukkan pertumbuhan yang berkelanjutan, tapi juga terus mempertahankan struktur ekonomi dan sosial yang stabil. Penjelasan dari Prof. Rina Indiastuti, menekankan bahwa pandangan tentang deindustrialisasi dini tidak sesuai dengan fakta-fakta yang ada sehingga Indonesia belum mencerminkan fenomena deindustrialisasi dini.

Sebenarnya, apa yang dimaksud deindustrialisasi?


Deindustrialisasi di Indonesia: Fakta atau Tudingan?
Deindustrialisasi di Indonesia: Fakta atau Tudingan?

Menurut pendapat dari Singh (1977), deindustrialisai merupakan situasi yang tidak normal di mana suatu ekonomi berhenti mencapai tingkat pertumbuhan potensial penuh, menggunakan tenaga kerja, dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya. Selanjutnya, menurut Prof. Dr. Hendrawan Supratikno yang merupakan salah satu Anggota DPR RI menjelaskan bahwa penting bagi masyarakat untuk memperhatikan indikator untuk menentukan ada atau tidaknya deindustrialisasi, seperti: Deindustrialisai adalah situasi ekonomi berhenti mencapai tingkat pertumbuhan potensial, menggunakan tenaga kerja, dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.

  1. Membanjirnya produk impor di pasar

  2. Banyak perusahaan yang melakukan relokasi pabrik atau pindah ke luar negeri

  3. Menurunnya pertumbuhan industri manufaktur dan pembentukan nilai tambah sektor industri

Dengan data yang telah disebutkan sebelumnya, memang perlu ada penelitian lebih lanjut untuk bisa memastikan apakah Indonesia sudah mengalami deindustrialisasi atau belum. Perlu ada upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk bisa mendukung perkembangan sektor industri, terutama industri manufaktur. Dengan berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan industri, masyarakat bisa berkontribusi langsung pada penguatan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Ini melibatkan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat untuk membangun fondasi yang kuat bagi kemajuan industri nasional dan membantu perekonomian Indonesia.


Apa yang bisa dilakukan masyarakat Indonesia untuk mengatasi deindustrialisasi?


Deindustrialisasi di Indonesia: Fakta atau Tudingan?
Deindustrialisasi di Indonesia: Fakta atau Tudingan?


Merujuk kepada ketentuan dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan manufaktur Indonesia. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil untuk mewujudkan hal tersebut:


1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang industri

Perlu ada langkah untuk bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja di sektor industri. Menginvestasikan waktu dan sumber daya dalam pelatihan dan pendidikan di bidang industri akan membantu menciptakan SDM yang berkualitas dan adaptif. Keterampilan teknis dan manajerial yang diperoleh dari pendidikan akan menjadi aset berharga bagi perkembangan industri.


2. Meningkatkan penguasaan teknologi pada industri

Perkembangan teknologi merupakan kunci untuk meningkatkan daya saing pada industri modern. Masyarakat dapat mendukung industri manufaktur dengan meningkatkan pemahaman terkait teknologi dan inovasi yang terus dikembangkan. Kolaborasi antara industri dengan lembaga pendidikan atau penelitian bisa memberi fasilitas transfer pengetahuan dan teknologi yang lebih efektif.


3. Pembuatan kawasan industri yang lebih merata

Saat ini, industri hanya terpusat di Pulau Jawa, sedangkan banyak pulau lain yang memiliki potensi industri tinggi, masih belum di eksplor. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pembangunan regional. Masyarakat dapat berperan dalam mendorong pemerataan pembangunan kawasan industri di seluruh Indonesia. ini akan membantu mendistribusikan manfaat ekonomi dan menciptakan lapangan kerja di berbagai wilayah.


4. Meningkatkan peran Industri Kecil Menengah (IKM)

IKM memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri. Masyarakat dapat memberikan dukungan melalui penggunan produk lokal, berpartisipasi dalam program pelatihan dan pengembangan IKM, serta mendukung pemasaran produk-produk IKM secara luas.


Banyaknya tudingan bahwa Indonesia mengalami deindustrialisasi. Namun, yang menjadi fokus seharusnya langkah yang dapat diambil untuk terus mengembangkan industri manufaktur untuk mengembangkan Indonesia. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, masyarakat memiliki peran penting dalam membangun ekosistem industri yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi. Kolaborasi antara pemerintah, sektor industri, dan masyarakat akan menjadi landasan kuat untuk menjaga dan meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.


Sebagai salah satu perusahaan yang berada di bidang industri manufaktur, Imajin Manufakturing HUB hadir untuk meningkatkan peran Industri Kecil Menengah (IKM). Dengan tekad ini, Imajin menciptakan platform yang dapat memberikan peluang bagi IKM untuk mengembangkan diri. IKM diberi peluang untuk mendapatkan projek sesuai dengan kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, pelaku usaha manufaktur dapat mendukung industri manufaktur dengan bergabung bersama Imajin Manufacturing HUB. Pelaku usaha manufaktur dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan industri sambil memanfaatka jaringan dan dukungan yang diberikan oleh Imajin Manufacturing HUB.


Kunjungi website kami:




54 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page